Para ulama dalam mengembangkan ilmu-ilmu keislaman dengan menggunakan kebudayaan wilayah setempat yang disesuaikan dengan nilai-nilai ke Islaman, seperti yang dilakukan oleh Walisongo. Hal ini perlu diteladani. Selain Walisongo, masih banyak tokok Islam yang telah mengembangkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di seluruh Nusantara, antara lain :
a. Hamzah Fansuri
Adalah seorang ulama yang mengajarkan paham tasawuf dan telah mengembangkan ajaran-ajaran Sufinya berdasarkan pengalaman rohaninya sendiri. Disamping itu telah mempelopori penulisan risalah tasawuf dengan menggunakan kaidah ilmiah. Ia juga mengembangkan ilmu filsafat dan mistik dengan pendekatan Islam.
b. Syamsuddin Sumatrani
Ia punya pengaruh yang besar dan berperan dalam pengembangan intelektualitas Islam di Aceh. Karya tulisnya adalah Syarah Ruba’i Hamzah Fansuri, Jauharul Haqo’iq dan Mir’atul Mu’minin yang membicarakan butir-butir akidah yang sejalan dengan ahlus sunnah wal jama’ah.
c. Nuruddin Ar Raniri
Ia dikenal sebagai ulama dan penulis yang produktif. Karya-karyanya banyak ditulis dalam bahasa Melayu, sehingga menjadikannya sebagai bahasa Islam kedua setelah bahasa Arab.
d. Yusuf Al Makasari
Ia banyak belajar dengan Nuruddin Ar Raniri di Aceh. Setelah kembali ke Nusantara mengembara selama 22 tahun untuk belajar agama. Setelah kembali ke tanah air kemudian memurnikan Islam yang berorientasi pada Syari’at.
e. ‘Abdurrauf Singkel
Ia termasuk ulama yang produktif dalam menuliskan karya-karyanya dan banyak dipakai oleh orang-orang Islam di Asia Tenggara. Tulisannya menggunakan bahasa Melayu karena disesuaikan dengan murid-muridnya sehingga dapat memahami Islam dengan lebih baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar