Senin, 27 Oktober 2008

Dzikir dan Doa

Pengertian Dzikir
secara bahasa berarti mengingat dan menyebut nama Allah dan secara istilah adalah menyebut nama Allah untuk mengingat kebesaranNya, KekuasaanNya, KeagunganNya agar tidak lupa terhadap penciptaNya.

Bagaimana dzikir dilakukan
1. dzikir dilakukan setiap waktu dan situasi
dzikir merupakan sebuah keharusan bagi setiap muslim, dimana saja ia berada dan dalam keadaan bagaimanapun juga. terutama tiap selesai melakukan shalat Fardhu.
"mereka itu adalah orang orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka selalu memikirkan tentang penciptaaan langit dan bumi seraya berkata "Ya Allah Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka"(Ali Imran : 191)

2. dzikir harus dilakukan minimal setiap pagi dan sore sebanyak - banyaknya. (Al Ahzab: 41-42)3. dzikir harus dilakukan setiap selesai shalat, baik dalam keadaan berdiri maupun duduk atau pun tiduran

"maka apabila kamu telah selesai mengerjakan shalat, berdzikirlah kepada Allah baik di waktu berdiri, duduk maupun terbaring" (An Nisa' : 103)

4. dzikir untuk mengingat nikmat Allah dan harus dilakukan dengan taat dan tunduk atau patuh semata mata karena Allah.
5. Dzikir dan bersyukur agar diingat atau tidak dilupakan Allah
"maka berdzikirlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku akan ingat kepadamu dan bersyukurlah kamu kepada-Ku dan janganlah kamu mengufuri nikmat-Ku"(Al Baqarah : 152)

Kalimat dzikir itu bermacam macam dapat dengan membaca, menyebut nama Allah secara langsung yaitu misalnya ...
Lafadz Takbir yaitu Allahu Akbar
Lafadz Tasbih yaitu Subhanallah
Lafadz Tahlil yaitu La Ilaha Illallah
Lafadz Tahmid yaitu Alhamdulillah
Lafadz Istighfar yaitu Astaghfirullah


ada lanjutannnya,,,...
Pembagian Dzikir
Dzikir sesungguhnya terbagi menjadi 3 bagian:
(pertama) Dzikir atas Zat-Nya, yakni pengucapan Laa Ilaaha illallaah. Kita memerlukan bentuk kalimat penafian untuk menyeimbangkan dan menselaraskan hati dengan Nama Pencipta.
(kedua) Dzikir atas Ilmu-Nya, yakni pengucapan Muhammadur Rosuulullaah. Allah melahirkan bentuk pengetahuan melalui sosok Nabi Utusan-Nya. Melalui lidahnya-lah pengajaran-pengajaran Allah dituturkan kepada yang berhak mendapatkan petunjuk. Dalam suatu hadits disebutkan bahwa ‘Aku (Rasulullah SAW) adalah kotanya ilmu, dan Ali adalah pintunya’. Sosok Ali Ra. menggambarkan wasilah (penghubung).
(Ketiga) Dzikir atas Af’al-Nya, yakni pengucapan Fii kulli lamhatin wa Nafasin ’Adada maa wasi’ahuu ’Ilmullah (Sebanyak kedipan dan nafas makhluk, serta seluas ilmu Allah). Pengungkapan dzikir tersebut merupakan kalimat tafakkur atas perbuatan/penciptaan Allah berupa gerak nafas dzikir seluruh makhluk-Nya baik yang terlihat maupun yang tak terlihat, yang besar maupun yang terkecil sekalipun. Penghayatan dzikir inilah yang berhubungan dengan firman-Nya: “Yakni orang-orang yang berdzikir kepada Allah dengan berdiri, duduk dan berbaring (atas lambung-lambung mereka) dan bertafakkur tentang penciptaan langit dan bumi”. ( Ali Imran: 191)
Aspek dzikir adalah masalah mengingat, sedangkan inti segala ibadah adalah mengingat Allah. Rasulullah pernah menyinggung bahwasanya perumpamaan orang yang berdzikir (mengingat Allah) dengan orang yang tidak ingat Allah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.1 Orang yang hidup sebenarnya adalah orang yang memiliki keselarasan lahir batinnya dengan Allah SWT. Inilah pencapaian hasil dzikir yang hakiki dan sempurna.
1 HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Musa al Asy’ari Ra.
Adab Berdzikir
Adab merupakan hal penting untuk diperhatikan bagi setiap orang yang ingin melaksanakan dzikir. Oleh karena itu kita harus mengetahui adab/ etika berdzikir terlebih dahulu agar bisa mendapatkan buah dan faedah keutamaan dzikir dengan izin Allah Ta’ala.
Pengetahuan adab/etika dalam berdzikir sesungguhnya telah diatur sedemikian rupa oleh para Guru-guru kita terdahulu. Hal demikian menyangkut tata aturan dan urutan dalam melaksanakan dzikir. Maka syarat yang teramat penting dalam melaksanakan suatu awrad adalah mengambil bai’at dzikir kepada salah seorang Syekh Mursyid yang kamilah, agar keberkahan para Masyayikh terdahulu yang silsilah ajarannya sambung menyambung kepada Rasulullah SAW tercurah kepada kita. Hal demikian menjadi konsekuensi adab selanjutnya, yakni bertawasul, mengenang perjuangan mereka yang telah berhasil mengantarkan ajaran-ajaran Rasulullah SAW kepada kita.
Adab batin sebelum memulai berdzikir adalah mensucikan dirinya, sebagaimana orang yang mengaku dirinya hina ingin menghadap kepada seorang Raja yang mempunyai wibawa dan kemuliaan. Secara syari’at adalah melakukan thaharah (bersuci), dan secara hakikat adalah merasakan penyesalan atas segala dosa melalui lantunan istighfar.
Di antara adab batin yang perlu diperhatikan adalah menghilangkan berbagai keinginan atau maksud yang akan menodai keindahan dzikir. Di antaranya adalah menginginkan berbagai perubahan nasib, dihilangkan berbagai ujian, menaikkan maqam duniawi atau ukhrawi, dsb. Seorang yang diberi hidayah ketika berdzikir akan berusaha menepis berbagai keinginan yang mengandung maksud-maksud tertentu yang bersembunyi di balik aktivitas dzikirnya.
Memperdengarkan ayat-ayat suci Allah ketika berdzikir Sir mengandung maksud bahwa Allah SWT melalui firman-Nya itu mengajak kita untuk bercakap-cakap dengan-Nya, seolah-olah Allah sedang menjawab panggilan dzikir kita. Bukankah Allah akan segera menjawab dzikir seorang hamba yang menyebut-nyebut nama-Nya? Maka ketika ayat itu sedang dibacakan kita harus mendengarkan dengan penuh khusyu’ (konsentrasi) dan tadharru’ (menghinakan diri), dan lebih sempurna lagi mencermati apa-apa yang terkandung dalam ayat-ayat yang didengar sebagai pesan-pesan spiritual bagi pribadinya yang senantiasa mengharapkan bimbingan dari-Nya.
Firman Allah SWT: “Dan apabila dibacakan Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”. (Al A’raf: 204-205)
DOA
Pengertian doa
secara bahasa berarti memanggil, menyeru, mengundang, seruan, panggilan, permohonan.
secara istilah umum yaitu
a. pernyataan seorang hamba kepada Allah tentang kelemahannya, kerendahannya, keadaannya yang tiada berdaya dan menunjukkan ketaatannya kepada Allah
b. Pernyataan seorang hamba kepada Allah untuk menyampaikan hajat kebutuhannya agar mendapat ridho, rahmat dan kemanfaatan apa yang dihajatkan dan menolak segala kemadharatan (hal hal yang merugikan atau membahayakan atau mencelakakan.)
Secara Khusus pengertian doa adalah
a. sebagai ibadah mahluk kepada KhaliqNya (Allah)
b. sebagai isti'anah (permohonan pertolongan kepada Allah)
c. sebagai An Nidaa'u (panggilan hamba kepada Allah)
d. sebagai As Sualu (permohonan hamba kepada Allah)
e. sebagai Tahmid (pujian kepada Allah)
f. sebagai At Takallum (percakapan hamba dengan Allah
g. sebagai Tauhidullah (mengEsakan Allah)

Tidak ada komentar: